Monday, November 05, 2018

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal



Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda!

Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaikan oleh ibu dan ayah. Gejala Stunting (kekurangan gizi kronis) atau gangguan pertumbuhan baik fisik maupun otak dimulai sejak janin berada dalam kandungan. Pada masa kontrol kehamilan biasanya ibu akan diberikan sejumlah vitamin, dan faktanya tidak sedikit ibu yang mengabaikan untuk mengkonsumsinya.


Secara tidak langsung sikap tersebut menunjukkan perilaku pengabaian yang mengakibatkan pola asuh yang buruk. Tidak sampai di sana, berlanjut pada #1000HariPertamaAnanda selepas kelahiran Pola Asuh yang diterapkan oleh ibu dan ayah sangat menentukan di #1000HariTerbaik pertama dalam kehidupan anak.Bayangkan betapa penting 1000 hari pertama yang sangat menentukan kehidupan anak selanjutnya, lalu apa tega ibu memberi peluang kepada anak menjadi bagian penderita stuntingkarena kelalaian?

Berikut ini 7 cara yang bisa dilakukan ibu untuk menghindari stunting pada anak:

1.    Menjaga Pola Asuh Dimulai dari Fase Kehamilan
Memulai pola asuh dapat ibu lakukan sejak memasuki fase kehamilan. Menjaga pola makan, memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsi selama kehamilan dan mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh dokter atau bidan adalah hal yang sangat penting untuk ibu menjaga janin dalam kandungan, perilaku tersebut mencerminkan pola asuh yang ibu tunjukkan untuk janin.
Selama fase kehamilan untuk menjaga perkembangan dan pertumbuhan janin, ibu jangan lupa untuk rutin berkonsultasi dan memeriksakan kandungan ke dokter ataupun bidan terlatih. Jangan lupa untuk sharing bersama ayah tentang berbagai informasi dan keluhan yang ibu rasakan, sehingga pola asuh yang dimulai saat fase kehamilan menjadi keberhasilan bersama.

2.    Singkirkan Ego dan Berupaya Konsisten dengan Pola Asuh
Selama melakukan pola asuh ketika fase kehamilan, tidak dipungkiri banyak ibu yang sering melanggar aturan ataupun mengabaikan nasihat orang tua dan dokter. Sebetulnya tidak perlu over protective menghindari berbagai makanan atau kebiasaan yang dapat membahayakan janin.

Mengurangi kebiasaan terhadap junk food, minum vitamin yang diberikan dokter, jaga pola tidur dan hindari stress. Ingat! Ibu tidak boleh malas periksakan kandungan ke dokter karena ego dan kenyamanan, cobalah untuk konsisten dengan perilaku pola asuh yang baik.
Sayangnya, banyak sekali ibu yang mengabaikan untuk meminum vitamin dan menjaga pola hidup sehat secara teratur. Pikirkanlah, semua itu tidak hanya untuk kebaikan dan keselamatan  ibu, melainkan janin yang ada dalam kandungan.

3.    Sejak Lahir Berikan Anak Rangsangan Psikososial
Memberikan rangsangan psikososial pada bayi sangat baik, karena akan mempengaruhi emosi dan perasaan bayi yang berubah-ubah. Keaktifan ibu memberi rangsangan psikososial menstimulus perkembangan anak.
Memberikan rangsangan psikososial bisa dilakukan oleh ibu dan ayah atau anggota keluarga dengan berinteraksi kepada bayi atau anak. Ibu sebaiknya aktif melakukan berbagai macam kontak kepada bayi atau anak. Seperti mengajaknya berbicara atau membacakannya buku sambil memperlihatkan gambarnya.

Sejalan dengan itu mengenai Perkembangan Sosial Bayi, Neni, dkk. Mengemukakan bahwa Perkembangan psikososial bayi dimulai pada usia 1-2 bulan memperlihatkan rasa senang-nyaman berdekatan dengan orang yang dikenal, usia 4-7 bulan memberikan respon emosional terhadap kontak sosial.

4.    Manfaatkan Pelayanan Kesehatan seperti Posyandu
Selama masa pertumbuhan dan untuk perkembangan anak salah satu perilaku pola asuh yang tepat dan seharusnya dilakukan ibu adalah membawa bayi atau anak ke Posyandu (Pos pelayanan terpadu).
Dengan rutinnya ibu membawa ke Posyandu, ibu menjadi lebih banyak mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui Posyandu, ibu juga bisa lebih banyak bertukar informasi tentang kesehatan atau keluhan yang mungkin sedang dialami sehingga menemukan solusi.

5.    Jangan Lupa Imunisasi! Bila Perlu Buat Alarm di Ponsel
Imunisasi sangat penting sekali untuk bayi dan batita, tapi banyak juga yang lupa. Ada yang lupa karena terlalu sibuk dengan urusannya, ada juga yang lupa tanggalnya karena kurang cermat. Bahaya sekali jika agenda imunisasi terlupakan karena kelalaian orang tua.

Menghindari penyakit lupa ibu dapat mensiasatinya dengan memasang agenda dan alarm pada ponsel ibu. Sehingga ibu dapat pergi imunisasi tepat pada waktunya. Hal ini sangat berguna dalam menjaga pola asuh ibu terhadap kesehatan dan keselamatan anak. Secara tidak langsung perlu diingat, keselamatan anak bergantung di tangan ibu.

6.    Ikuti Penyuluhan Kesehatan dan Pekan Konseling
Banyak sekali manfaat mengikuti program penyuluhan dan pekan konseling atau seminar-seminar kesehatan lainnya. Terkadang munculnya penyakit dan gejalanya dimulai dari ketidak tahuan ayah dan ibu.

Terlebih bagi pasangan muda, sangat perlu wawasan dalam mempersiapkan dan merawat pertumbuhan serta perkembangan anak. Sikap ego mengabaikan nasihat orang tua bukan hal yang lumrah, setelah terjadi biasanya barulah percaya. Terbentuknya pola asuh yang baik diperlukan konsistensi ibu, kerjasama keluarga dan kemauan untuk belajar.

Pemerintah pun sering menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dan pekan konseling. Sebaiknya ibu ikut aktif berkontribusi dan memanfaatkan kesempatan tersebut.

7.    Ketahuilah Macam-macam Penyakit yang Bisa Menyerang Pertahanan Tubuh Anak
Sebagai seorang ibu tentu banyak ketakutan dan kekhawatiran jika seandainya terjadi sesuatu pada anak. Karena itu dengan mengikuti penyuluhan dan pekan konseling, ibu menjadi tahu lebih banyak hal. Termasuk berbagai macam penyakit, salah satunya stunting.

Jika ibu mengetahui berbagai macam penyakit yang dapat menyerang bahkan merusak pertahanan tubuh anak, ibu dapat melakukan berbagai cara pencegahan. Selaras dengan istilah sedia payung sebelum hujan. Pikirkan dengan baik, walau bagaimanapun mencegah itu lebih baik daripada mengobati.



Demikian 7 cara yang bisa ibu lakukan untuk menghindari #Stunting  pada anak. Masa keemasan anak dimulai sejak #1000HariPertamaAnanda dan 1000 hari kehidupan pertama ini yang terdiri dari fase kehamilan, yaitu 270 hari dan usia 2 tahun, yaitu 730 hari sangat menentukan kehidupan anak selanjutnya.

Stunting dapat menghambat pertumbuhan anak bahkan lebih parah lagi, merusak perkembangan otak. Peran ibu sangat vital terhadap #1000HariTerbaik anak, semua itu dimulai dari kesadaran dan kemauan.

Dilansir dari Republika.co.id bahwa WHO menetapkan batas toleransi stunting (bertubuh pendek) maksimal 20 persen atau seperlima dari jumlah keseluruhan balita. Sementara, di Indonesia tercatat 7,8 juta dari 23 juta balita adalah penderita stunting atau sekitar 35,6 persen. Sebanyak 18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen kategori pendek. Ini juga yang mengakibatkan WHO menetapkan Indonesia sebagai Negara dengan status gizi buruk.

Penderita stunting di Indonesia yang mencapai 35,6 persen melebihi batas maksimal, ini menjadi cermin untuk kita mencegah sejak dini. Jangan sampai stunting menghambat kreativitas dan perkembangan anak yang akan mempengaruhi masa depannya. (Annisa Anita Dewi)


















Rujukan


http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/07/perkembangan-psikososial.html

Tuesday, August 28, 2018

Tips Merawat Bayi Baru Lahir dan Mengobati Pipi Lecet pada Bayi


Perawatan bayi pada zaman sekarang sangat berbeda dengan terdahulu yang masih tergolong konvensional. Saat ini banyak sekali ibu muda yang mengeluhkan kesehatan dan perawatan bagi bayi baru lahir. Perasaan khawatir seringkali muncul ketika bayi menangis tidak seperti biasanya.
Bermula dari pengalaman saya saat bayi saya yang baru berusia 3 minggu pipinya lecet dan berwarna kemerahan seperti luka bakar. Saat itu saya sangat panik dan berkonsultasi dengan para orang tua. Usut punya usut pipi bayi yang lecet dan kemerahan seperti luka bakar tersebut disebabkan oleh ASI (air susu ibu) saat menyusui.

Para orang tua menyarankan untuk memakai boorwater dan bedak salicyl sampai diberi minyak keletik, namun setelah sharing dengan para ibu muda yang mengalami masalah yang sama terhadap bayinya menyarankan untuk diberi minyak keletik karena lebih ampuh, bebas bahan kimia atau zat yang membahayakan karena minyak keletik dibuat secara alami dan manual.

Sedangkan saat konsultasi ke ahli medis seperti dokter dan bidan menyarankan untuk membasuh muka bayi terutama sekitar pipi dengan air hangat lalu dikeringkan dengan lap atau kapan yang lembut. Ahli medis sangat tidak menyarankan penggunaan bedak bayi pada bayi baru lahir disebabkan zat yang terkandung dan kondisi bayi yang masih sangat sensitif.

Pada akhirnya saya menggunakan minyak keletik yang dioleskan pada pipi atau bagian yang lecet secara rutin setelah mulai mengering lecetnya dan yang tersisa kemerahan yang seperti luka bakar saya mengolesi krim Pi Kang Suang dari resep dokter secara rutin. Tidak berselang lama dalam waktu satu minggu luka lecet dan kemerahan seperti luka bakar pada bayi saya berangsur-angsur hilang dan sembuh.

Perlu diperhatikan lecet pada pipi bayi selain diakibatkan oleh ASI juga diperparah dengan gesekan tangan si kecil yang memainkan tangannya di sekitar wajah. Maka dari itu sangat perlu diperhatikan aktivitas bayi yang seringkali menggesek atau menggaruk tangannya ke sekitar wajah.





Referensi Gambar
https://www.aryanto.id/artikel/id/478/tips-cara-merawat-bayi-baru-lahir-sendiri-agar-tetap-sehat

Tuesday, August 14, 2018

Kenali Karakter Anak, Be Good Parent!


Pada dasarnya setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda, beda anak beda karakter maka berbeda pula penanganannya. Karakter terbentuk melalui proses pembelajaran yang panjang, berbeda halnya dengan bakat yang diperoleh sejak lahir. Saudara sekandung bahkan anak kembar sekalipun sedikitnya memiliki karakter yang berbeda satu sama lain, sehingga tidak bisa diperlakukan dengan sama.
“Be good parent” adalah impian semua orang tua, sedangkan disisi lain tidak dipungkiri banyak anak yang tidak selaras dengan orang tua yang ditandai dengan penentangan dari anak, sikap keterpaksaan, kecewa dan sedih karena harus mengikuti tuntutan atau kemauan orang tua yang tidak sejalan dengan keinginan anak, namun disisi lain anak takut untuk mengungkapkannya. Perlakuan Ayah dan Ibu yang bertentangan dengan karakter anak merupakan hal yang kurang baik karena dapat berdampak pada psikologis dan sosiologis anak serta membatasi kreativitas dan perkembangan anak.

Ayah dan Ibu selayaknya memperlakukan buah hati sesuai dengan karakternya dengan terlebih dulu mengenal karakter anak. Ada berbagai jenis karakter jika dirunutkan Ayah dan Ibu sangat akrab namun demikian Ayah dan Ibu terkadang tidak mengenali karakter yang mana yang dimiliki oleh anak. Pendiam, penakut, rajin, tamak, jujur, bijaksana, ceria, penyayang, pemaaf dan pemarah merupakan jenis-jenis karakter yang penting untuk Ayah dan Ibu dengan peka mengenalinya dalam diri anak.

Be Good Parent, Kembangkan Potensi Anak Melalui Keluarga
Selain di sekolah, Ayah dan Ibu dapat mengembangkan potensi-potensi anak melalui pemanfaatan keluarga. Jika ditelisik lebih dalam Ayah dan Ibu memiliki waktu yang lebih lama bersama anak daripada waktu anak saat di sekolah, hal itu menjadi kesempatan emas untuk Ayah  dan Ibu dalam mengoptimalkan perannya sebagai Ayah dan Ibu dalam mendampingi perkembangan anak sesuai dengan karakter anak.
Mengembangkan potensi anak sesuai dengan karakter anak akan memperoleh hasil yang lebih memuaskan terutama bagi anak, bahkan anak akan belajar menerima risiko karena apa yang dilakukannya sesuai dengan keinginannya. Ada beberapa kiat untuk Ayah dan Ibu dalam membangun suasana yang menyenangkan di rumah supaya dapat mengembangkan potensi anak menurut Sikhah dilansir dari website Sahabat Keluarga Kemdikbud, mengemukakan 5 kiat-kiat berikut ini:
Pertama, dampingi momen perkembangan apapun yang dialami anak, misal ketika anak mulai dapat berbicara, mengucapkan kata “mama” “papa” “maem”. Jika sudah mampu mengucapkan beberapa kata sederhana, orang tua dapat menambah perbendaharaan bahasanya. Pancing anak untuk bercerita secara sederhana dengan memberi pertanyaan sederhana. “Ini apa?”  “Siapa nama kamu”.
Kedua, menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan di dalam keluarga. Anak akan mampu mengembangkan potensinya dengan baik, jika transfer informasi diberikan dalam keadaan nyaman dan menyenangkan. Bermain adalah dunia anak. Dengan bermain anak-anak dapat belajar tentang bahasa, sifat sosial dan belajar lainnya.
Ketiga, orang tua dapat mengatur jadwal khusus dalam mendampingi anak belajar. Belajar mengenal lingkungan sekitar dapat dilakukan dengan cara mengajak anak ke tempat kebun binatang atau ke pasar.
Keempat, membiasakan sapa salam dan senyum di dalam keluarga. Kondisi yang penuh kehangatan di dalam keluarga akan menumbuhkan kenyamanan pada anak.
Kelima, biasakan menggunakan kata-kata positif di lingkungan keluarga. “Kamu hebat” “Kamu anak baik” dan lain sebagainya. Kalimat yang membangun semangat dan rasa ingin tahu anak akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, santun dan lebih percaya diri. Semoga bermanfaat.
Selain kiat-kiat di atas Ayah dan Ibu dapat membangun suasana nyaman dan menyenangkan saat mengembangkan potensi anak sesuai dengan karakternya dengan berbagai metode lain yang sesuai.
Multiple Inteligence; Jangan Paksa Anak Mengikuti Kehendak Ayah dan Ibu
Howard Gardner mengemukakan bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga Ayah dan Ibu tidak harus memaksakan kehendak kepada anak dengan menuntut “ini” dan “itu”  sesuai dengan kemauan Ayah dan Ibu. Cobalah kenali karakter anak dan dengarkan bagaimana keinginannya, dengan begitu Ayah dan Ibu lebih mudah mengetahui kepribadian dan jalan yang akan dituju oleh anak. Selain itu, Ayah dan Ibu dapat memberikan arahan untuk membimbing anak memperoleh yang terbaik. Jikapun Ayah dan Ibu memiliki kemauan terhadap anak, cobalah melakukan pendekatan, penggambaran sehingga anak dapat memilih sendiri mana yang lebih baik dan cocok untuknya.

Dukung Potensi Anak dan Dampingi Ketika Kekalahan Menghampirinya
Hitam-putih kehidupan begitu halnya dengan kemenangan dan kekalahan yang pasti ada dalam setiap sisi kehidupan. Menang atau kalah itu adalah risiko setiap orang, namun berbeda halnya dengan seorang anak. Saat kekalahan menghampirinya banyak sekali kemungkinan yang dapat terjadi pada anak, seperti kecewa yang berujung menyalahkan diri sendiri atau merasa takut saat memperoleh kekalahan, yaitu takut jika orang tuanya di rumah memarahinya. Hal itu tidak asing lagi terjadi karena umumnya orang tua secara tidak langsung menuntut anak sederhananya dengan kalimat “Kamu harus menang ya!” atau jika kalah “Kenapa kamu kalah dari dia? Ayah dan Ibu kecewa!” ucapan-ucapan tersebut membuat dogma dan ketakutan dalam diri anak sehingga terganggu secara psikologisnya.
Maka dari itu penting bagi Ayah dan Ibu untuk mengenali karakter anak, mendukung potensi sesuai karakternya dan mendampinginya ketika anak menemui kekalahan atau tidak memperoleh seperti apa yang diharapkan. Misalnya ketika anak mengikuti perlombaan dan ia sangat menginginkan menjadi pemenang, sedangkan hasilnya ia kalah. Ayah dan Ibu mengenali karakter anak tersebut sebagai pemberani dan jujur, Ayah dan Ibu bisa mengatakan kalimat yang melegakan hatinya tanpa membohonginya, seperti “Tidak apa-apa belum saatnya, anak Ayah dan Ibu hebat sudah berani ikut lomba dan jujur dalam bertanding. Itu luar biasa!”
Dilansir dari Websitre Sahabat  Keluarga Kemdikbud, Endah mengemukakan alternatif yang bisa dilakukan Ayah dan Ibu, berikut ini bisa menjadi cara atau alternatif yang bijak menyikapi kegagalan anak kita  :
(1)     Besarkan hatinya. Ketika anak mengalami kegagalan, hibur dia dengan kata-kata seperti: ”Tidak apa-apa yang penting Adik sudah berusaha!” atau ”Tenang, masih ada kesempatan lain. Besok kita cobalagi, ya! Kata-kata sederhana itu adalah penghiburan paling menenteramkan baginya yang sedang kecewa; (2) Berikan quality time. Berikan waktu khusus pada si anak untuk menenangkan hatinya dan bercerita. Hal itu akan membuatnya lebih mudah menerima kegagalan karena merasa ditemani. Ajak dia bercerita, tetapi jangan buru-buru memaksanya mengungkapkan kekecewaannya. Jika sudah benar merasa nyaman dan menerima, anak akan menceritakannya sendiri pada orang tua; (3) Ajak evaluasi. Ketika anak sudah bisa berdamai dengan rasa kecewanya, ajak dia mengevaluasi kegagalan kemarin. Hal itu akan mengajarkan anak untuk naik satu tingkat lebih baik. Seperti kata pepatah ”Pengalaman adalah guru terbaik.”  Jadikan pengalaman kemarin sebagai motivasi untuk berusaha lebih baik lagi.

#SahabatKeluarga (Annisa Anita Dewi)


Referensi
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4744


Referensi Foto
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180515104408-284-298275/peran-keluarga-untuk-tangkal-sebaran-radikalisme-pada-anak


Sunday, August 05, 2018

Begini Karier Tertinggi Wanita Menyikapi Tantangan Morat-marit Mendidik Anak


Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dalam mendidik anak di era ini. Hal yang tampak biasa namun sebenarnya sangat tidak biasa dan tidak seharusnya, untuk ke sekian kalinya kebiasaan orang tua saat ini yang seolah menyerahkan tanggungjawab secara penuh dalam proses perkembangan pendidikan dan proses mendidik di dalamnya kepada pihak sekolah. Perkembangan anak di era ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dalam mendidik anak dalam berbagai sisi, seperti spiritual, perhatian atau kasih sayang, ketegasan, secara akademik hingga inovasi dalam mendidik yang disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan anak.

Menapaki Karier sebagai Seorang Ibu adalah Momentum yang Tidak Seharusnya Disia-siakan
Bagi seorang wanita yang telah berumahtangga, memutuskan masa lajang, menikah dan mempunyai anak secara mutlak akan menjadi seorang ibu, sayangnya banyak wanita yang menyia-nyiakan kesempatan menjalankan peran terbaiknya sebagai seorang ibu. Tentu saja selama di sekolah anak akan memeroleh didikan, namun proses mendidik tersebut perlu disempurnakan oleh Ayah dan Ibu sebagai orang tua. Bukan rahasia umum lagi jika keluarga merupakan sekolah pertama dan pendidikan utama bagi anak.
Perilaku imitasi bagi seorang anak dalam psikologi perkembangan merupakan hal yang wajar, tetapi munculnya anak-anak yang latah mengikuti trend atau gaya yang kekinian bahkan sampai hal yang tidak seharusnya di imitasi oleh anak diusianya itu sangat tidak wajar. Hal tersebut sangat memerlukan perhatian serius dari Ayah dan Ibu dalam mendidik anak terhadap perkembangannya ketika anak mengimitasi baik dari televisi, internet, maupun lingkungan di sekitarnya. Terlebih internet dan teknologi digital merupakan media penyebar luas informasi yang mutakhir.
Kesibukan diluar rumah saat ini sangat lumrah bagi seorang wanita hal tersebut acapkali dinamakan “berkarier” atau wanita karier, sehingga dalam proses mendidik dan mendampingi anak tidak semuanya mampu dilakukan secara penuh. Tidak ada yang salah dengan itu, namun perlu diperhatikan keseimbangan peran sebagai seorang ibu untuk anak dan keluarga sehingga dapat tetap memberikan pendampingan dan andil yang besar dalam proses perkembangan anak terutama pada masa golden age sangat sayang jika dilewatkan.
Cermati: Fenomena Wanita sebagai Ibu Berpendidikan Tinggi dan Wanita Karier
Rata-rata saat ini perempuan di Indonesia menyelesaikan pendidikannya hingga Strata 1 (S1), latar belakang pendidikan tersebut sangat berpengaruh pada fase-fase berikutnya yang akan dilakoni, misalnya setelah menikah dan menjadi seorang Ibu. Tidak sedikit wanita-wanita di Indonesia yang begelar sarjana kemudian memutuskan menjadi seorang ibu rumah tangga, hal ini tidak sedikit orang mencibir ataupun melempar kritikan pedas jika pada akhirnya setelah bersusah payah menyelesaikan pendidikan setinggi mungkin lalu memutuskan menjadi ibu rumah tangga.
Meski demikian tidak sedikit juga yang memberikan apresiasinya kepada wanita yang berpendidikan tinggi kemudian memutuskan untuk melakukan perannya sebagai Ibu untuk mendidik dan mendampingi regenerasinya secara paripurna. Jika dicermati lebih dalam lagi latar belakang pendidikan yang tinggi seorang perempuan merupakan dasar atau pondasi untuk mengimbangi dalam mendidik anak-anaknya baik secara intelektual dan spiritual. Pengetahuan dan wawasan tersebut membentuk pola asuh yang lebih baik dalam pmbentukan kepribadian anak dan perkembangan anak. Sedangkan wanita karier, tentu saja tidak serta merta berkarier jika tidak memiliki latar belakang pendidikan yang baik pula. Hanya saja wanita karier memutuskan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk aktif dan beraktivitas di luar rumah.
Jika dicermati dengan baik keduanya tidak ada yang salah jika dapat menyeimbangkan sesuai porsinya. Namun perlu diberikan perhatian sebagai wanita karier apalagi di era ini bukanlah hal yang tabu dan bahkan 90% wanita di Indonesia melakoni sebagai wanita karier dengan berbagai alasan tersendiri. Menjadi seorang ibu selain dimatangkan oleh pengalaman tentu perlu pendidikan yang baik untuk dapat merawat kebutuhan anak-anak dan keluarga, memberikan pelajaran baik secara akademis maupun spiritual, dan mampu mengajari anak bersikap serta berbudi pekerti. Sebagai wanita karier selain memenuhi kebutuhan pribadi (baca: cita-cita) dalam berprofesi selayaknya diimbangi dengan memberikan pola asuh dan tetap menjalankan perannya sebagai seorang ibu dalam mendampingi perkembangan anak sehingga tidak ada yang terabaikan, karena setinggi apapun karier seorang wanita adalah yang dapat memerankan seoptimal mungkin sebagai ibu bagi anak-anak dan keluarganya terlebih sebagai upaya menyikapi morat-marit dalam mendidik anak di era ini yang saling menyalahkan ketika anak bersikap
Belajar dari Ryousai Kenbo tentang Dedikasinya Mendidik Anak
Dilansir dari website Sahabat Keluarga Kemdikbud bahwa wanita tradisional di Jepang lebih memilih menjadi ibu rumah tangga ketimbang bekerja, walaupun dari tingkat pendidikan sangat memadai.  Hal itu diperjelas dengan hasil survey yang dilakukan oleh University of California pada 2004, berdasarkan survey tersebut wanita Jepang pada umumnya menganggap mengasuh anak sama halnya dengan merawat tanaman, membutuhkan pemeliharaan secara hati-hati, agar dapat tumbuh dengan baik.
Lebih lanjut lagi dijelaskan, bahwa kaum Ibu di Jepang justru merasa bahagia, tersanjung dan dimuliakan dengan jabatan dan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Bahkan mereka tak segan-segan mengundurkan diri dari karir mereka demi mengasuh dan mendidik sendiri anak-anak mereka di rumah. Berbagai literatur menyebutkan, wanita Jepang yang sudah berumah tangga berambisi menjadi Ryousai Kenbo, yakni mendedikasikan seluruh waktunya untuk mengurus keluarga, terutama mendidik anak-anak mereka. Mereka juga mendedikasikan hidupnya untuk  berbakti kepada suaminya. Suami diibaratkan sebagai kaisar yang harus dipatuhi dan dilayani. Hal itu dilakukan dengan cara menghargai dan menghormati suami dengan baik, dapat menjaga dan merawat diri, bertindak-tanduk tanpa cela, dan selalu bersedia untuk setia dalam mendampingi suami tentunya.
Jangan Marah Jika Suatu Saat Anak Anda Membantah dan Bersikap Keras
Seperti sebuah peribahasa, apa yang kita tanam maka itulah yang akan kita tuai. Begitu halnya dengan anak kita, Ayah dan Ibu jangan marah jika suatu waktu nanti mendapati anak bersikap keras jika sejak kecil Ayah dan Ibu tidak mendampingi dan mendidik anak seperti seharusnya. Peran dan didikan Ayah dan Ibu saat anak masih dini sangat memengaruhi bagaimana perkembangan anak di usia dewasa nanti. Terlebih Ayah dan Ibu adalah orang yang paling banyak menghabiskan waktu bersama anak, sehingga didikan Ayah dan Ibu di rumah jauh lebih menentukan daripada didikan anak saat di sekolah. Banyak sekali yang dapat memengaruhi perkembangan anak seperti lingkungan dan pergaulan, hal itu dapat dikendalikan dengan pola asuh atau didikan yang baik sebagai pondasi yang membangun visi kehidupan anak dalam hal ini Ayah dan Ibu berperan sebagai pemeran utama.
   
#SahabatKeluarga (Annisa Anita Dewi)


Referensi
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4748
Referensi Foto
https://tipsperawatancantik.com/tips-mendidik-anak-dengan-pay-tv/


Wednesday, July 04, 2018

Strategi Pembelajaran : Discovery Learning

Discovery Learning atau dikenal dengan istilah Pembelajaran Penemuan merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran Discovery learning ini diprakarsai oleh Piaget dan Brunner, keduanya merupakan ahli psikologi di bidang kognitif dan humanistik. Discovery Learning adalah strategi pembelajaran adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui, memperoleh dan menemukan hal-hal yang belum diketahuinya tanpa diberitahu sehingga anak menemukan dengan sendirinya.



Lebih lanjut lagi Hamalik menjelaskan bahwa belajar penemuan dapat juga disebut "proses pengalaman", langkah-langkah belajar proses pengalaman adalah sebagai berikut :
1. Tindakan dalam instansi tertentu. Siswa melakukan tindakan dan mengamati pengaruh-pengaruhnya. Pengaruh-pengaruh tersebut sebagai hukuman (operant conditioning), atau mungkin memberikan keterangan mengenai hubungan sebab akibat.

2. Pemahaman kasus tertentu. Apabila keadaan yang sama muncul kembali, maka dia dapat mengantisipasi pengaruh yang akan terjadi, dan konsekuensi-konsekuensi apa yang akan terasakan.

3. Generalisasi. Siswa membuat kesimpulan atas prinsip-prinsip umum berdasarkan pemahaman terhadap instansi tersebut.

4. Tindakan dalam suasana baru. Siswa menerapkan prinsip dan mengantisipasi pengaruhnya.

Pendekatan pembelajaran penemuan dikembangkan menjadi strategi inquiry discovery. Langkah-langkah pokok strategi ini adalah :
1. Menyajikan kesempatan-kesempatan kepada siswa  untuk melakukan tindakan atau perbuatan dan mengamati konsekuensi dari tindakan tersebut.

2. Menguji pemahaman siswa  mengenai hubungan sebab-akibat dengan cara mempertanyakan atau mengamati reaksi-reaksi siswa, selanjutnya menyajikan kesempatan-kesempatan lainnya.

3. Mempertanyakan atau mengamati kegiatan selanjutnya, serta menguji susunan prinsip umum yang mendasari masalah yang disajikan itu.

4. Penyajian berbagai kesempatan baru guna menerapkan hal yang baru saja dipelajari ke dalam situasi atau masalah-masalah yang nyata.

Lebih lanjut lagi Sulipan menjelaskan, bahwa Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan secara induksi; (3) pembuktian kebenaran (verifikasi).
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
  1. identifikasi kebutuhan siswa;
  2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
  3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
  4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;
  5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
  6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
  7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
  8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
  9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
  10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
  11. membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discoverymeningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.





Referensi
Hamalik, Oemar. 2017. Kurikulum dan Pembelajaran: Cetakan keenam belas. Jakarta: Bumi Aksara
https://sulipan.wordpress.com/2011/05/16/metode-pembelajaran-penemuan-discovery-learning/

Sumber Gambar
https://arassh.wordpress.com/2017/08/20/model-pembelajaran-penyingkapanpenemuan-dan-pencarian-discovery-learning/

Monday, July 02, 2018

Pengertian, Fungsi, Strategi Pelaksanaan Pendidikan dan Produk yang Dihasilkan



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pendidikan adalah proses pengubahan sikap, dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik.

Dalam UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Bab 1 Pasal 1 menjelaskan bahwa,"Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang".

Dari rumusan nasional mengenai istilah pendidikan tersebut, Hamalik menggaris bawahi 4 hal dari rumusan tersebut dan menjelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

1. Dengan "usaha sadar" dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, mantap, jelas, lengkap, menyeluruh, berdasarkan pemikiran rasional-objektif. Pendidikan tidak diselenggarakan secara sengaja atau seenaknya.

2. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. "menyiapkan" diartikan bahwa peserta didik pada hakikatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan pada proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu siap terjun ke kancah kehidupan yang nyata.

3. Strategi pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran, dan /atau latihan. Bimbingan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan sendiri. Pengajaran adalah bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mengembangkan perilaku sesuai tujuan pendidikan.

4. Produk yang dihasilkan oleh proses pendidikan adalah berupa lulusan yang memiliki kemampuan melaksanakan peranan-peranannya untuk masa yang akan datang. Peranan bertalian dengan jabatan dan pekerjaan tertentu dan bertalian dengan kegiatan pembangunan di masyarakat.

Dengan demikian Hamalik menyimpulkan bahwa Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat.









Referensi
Hamalik, Oemar. 2017. Kurikulum dan Pembelajaran: Cetakan keenam belas. Jakarta: Bumi Aksara
Sumber Gambar
https://www.gulalives.co/perbedaan-pendidikan-dulu-dan-sekarang/

Tuesday, June 26, 2018

Membuat Kerangka atau Outline Naskah Buku

Membuat sebuah buku terlebih dulu kita harus membuat dan menentukan kerangka atau outline naskah buku yang akan dibuat, sehingga buku tersebut dapat tersusun sesuai target dan memberikan kepada penulis dalam meninjau buku yang akan ditulisnya. Pada dasarnya buku disusun dengan beberapa tahapan, terkecuali buku antologi.



Seorang pendiri institutpenulis.id yakni Bambang Trim mengemukakan beberapa jenis tahapan dalam penyusunan buku, yang terbagi ke dalam 4 jenis tahapan penyusunan buku, sebagai berikut :

1. Umum-Khusus 
urutan penyajian yang menyajikan hal-hal umum, lalu di detailkan dengan hal-hal khusus.

2. Khusus-Umum
urutan penyajian yang menyajikan hal-hal khusus lebih dulu, lalu disimpulkan secara umum.

3. Kronologis
urutan penyajian yang menampilkan linimasa dari waktu ke waktu, biasa digunakan dalam buku sejarah atau biografi/ autobiografi.

4. Spasial
urutan penyajian yang menampilkan urutan ruang, biasa digunakan dalam buku-buku arsitektur.

Trim juga memberikan 4 klasifikasi pola kerangka atau outline berdasarkan buku-buku yang banyak beredar di pasaran, sebagai berikut :

1. Tahapan
a. Bab disusun berdasarkan penahapan
b. Mengandung satu alur proses pemikiran atau metode

2. Butiran
a. Bab disusun lepas-lepas dan tulisan-tulisan pendek (artikel, feature dan esai)
b. Menghimpun tulisan dari satu topik

3. Campuran
a. Bab ditahapkan lalu dijelaskan secara butiran
b. Menghimpun tulisan dalam satu topik

4. Tanya-Jawab
a. Bab terdiri atas pertanyaan dan jawaban
b. Tanya-jawab pada satu topik spesifik

Pola kerangka atau outline naskah buku yang ditulis merupakan interpretasi dari pemikiran maupun gagasan penulis terhadap buku yang akan disusunnya.











Referensi
Trim, Bambang. 2016. Menulis Pedia: Panduan menulis untuk mereka yang insaf menulis. Bandung: Nuansa Cendekia

Sumber Gambar
ovel-is.blogspot.com/2011/10/kerangka-cerita-dalam-penulisan.html

Ordinary

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal

Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda! Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaik...