Wednesday, April 05, 2017

Contoh Mini Paper

Mini Paper struktur penulisannya persis seperti Makalah, hanya saja Mini Paper memiliki ketebalan halaman yang lebih sedikit daripada Makalah. Berikut ini merupakan contoh Mini Paper, silahkan untuk dibaca dan dipelajari. Hindari "Copy Paste" karena itu akan mengakibatkan kemiskinan intelektual dan pembodohan terhadap diri sendiri.

MODEL PEER TEACHING DALAM PENGEMBANGAN
 PENDIDIKAN SENI TARI

MINI PAPER
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Seni Tari
Dosen: Rosarina Giyartini, M.Pd.
   




Disusun Oleh
Annisa Anita Dewi                1205341

Interes Inggris
Semester 6


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA

                                                                   2015  






BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
     Sehubungan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah pendidikan seni tari, maka disusunlah Mini paper ini. Mini paper ini mengadaptasikan model pembelajaran peer teaching dalam pengembangan pendidikan seni tari. Irma Damajanti (Dalam Psikologi Seni, 2013 hal 13) seni sudah ada sejak awal keberadaan manusia. Homo sapiens, nenek moyang kita yang paling awal yaitu manusia Cro-Magnon (33.000-10.000 SM), membuat lukisan dan mungkin juga musik, tari, dan drama. Menggunakan bahan alami dari tumbuh-tumbuhan, manusia pertama tersebut menutupi dinding gua dengan lukisan binatang buruannya.
     Dengan demikian, seni tari sudah ada bahkan sejak zaman manusia homo sapiens atau manusia Cro-Magnon. Namun, saat ini seni di geluti oleh orang-orang yang profesional di bidangnya. Sehingga tidak semua orang mampu dan bisa melakukannya, dengan begitu dibutuhkan suatu cara ataupun strategi untuk menyampaikan seni tari yang lebih mudah dan optimal.

B.  Rumusan Masalah
     Adapun rumusan masalah mengenai pembelajaran sastra adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Seni Tari dan Kreatifitas?
2.      Bagaimana Model Peer Teaching dalam Pengembangan Pendidikan Seni Tari?

C.  Tujuan
     Adapun tujuan mengenai pembelajaran sastra adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui Seni Tari dan Kreatifitas;
2.      Mengetahui dan menjelaskan Model Peer Teaching dalam Pengembangan Pendidikan Seni Tari.



                                                                           BAB II
PEMBAHASAN

A.  Seni Tari dan Kreatifitas
     Dewasa ini seni tari selain dilakukan oleh para praktisi dan profesionalitas juga  menjadi bagian integral dari mata pelajaran. Di SD misalnya, pendidikan seni tari sudah menjadi pembelajaran tambahan disekolah. Bahkan adapula ekstrakurikuler yang mewadahi minat siswa dalam seni tari. Namun, yang menjadi permasalahannya adalah tidak semua guru memiliki skill untuk membelajarkan seni tari. Sehingga tak ayal seni tari dipandang sulit, hanya segelintir orang saja dan yang memiliki bakat yang menguasainya. Tentunya dalam seni tari membutuhkan kreatifitas untuk pengembangannya.
     Wallas (dalam Psikologi Seni, Irma Damajanti, 2013 hal 23-24) mengemukakan bahwa proses kreasi melibatkan empat tahap yang berurutan, yaitu :
1.    Preparation (tahap persiapan atau masukan) ialah tahap pengumpulan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Dengan berbekal bahan pengetahuan maupun pengalaman, individu menjajag bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah. Disini belum ada arah yang pasti atau tetap, akan tetapi alam pikirannnya mengeksplorasi macam-macam alternatif. Pada tahap ini pemikiran pemikiran divergent dan pemikiran kreatif sangat penting.
2.   Incubation (tahap pengeraman) ialah tahap ketika individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut., dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeraminya” dalam alam pra sadar.  Sebagaimana dilaporkan dari analisa biografi maupun laporan-laporan tokoh-tokoh seniman dan ilmuan, tahap ini penting artinya dalam proses timbulnya inspirasi. Mereka semua melaporkan bahwa inspirasi yang merupakan titik awal dari suatu penemuan atau kreasi baru berasal dari daerah pra sadar atau timbul dalam keadaan ketidaksadaran penuh.
3.    Illumination (tahap inspirasi) ialah tahap timbulnya insight atau Aha-Erlebnis, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.
4.    Verification (tahap pembuktian atau pengujian) disebut juga tahap evaluasi, ialah tahap ketika ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran yang kritis dan konvergen. Dengan perkataan lain, proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh pemikiran konvergen (pemikiran kritis). Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif. Akseptasi total harus diikuti oleh kritik. Firasat harus diikuti oleh pemikiran yang logis. Keberanian harus diikuti dengan sikap hati-hati. Imajinasi harus diikuti oleh pengkajian terhadap realitas (reality-testing).
     Bertolak dari pendapat Wallas, proses kreasi pun memiliki beberapa tahap. Dalam pengembangan ide atau gagasan yang kreatif harus diikuti dengan keadaan realita. Berimajinasi pun harus diikuti dengan pemikiran yang logis. Dengan begitu, proses menghasilkan suatu gerakan tari ataupun bentuk lainnya diperlukan pemikiran dan sikap selektif.

B.  Model Peer Teaching dalam Pengembangan Pendidikan Seni Tari
     Terdapat tiga konsep yang menjadi ciri ataupun indikator dari Peer Teaching, yaitu konsep pertama bahwasannya model pengajaran ini tergantung dari strategi yang digunakan siswa untuk mengajarkan siswa lainnya, konsep kedua bahwasannya Peer Teaching ini berbeda dengan belajar bersama, karena dalam kondisi ini siswa dipasangkan dan diberi tanggung jawab untuk mengajarkan kepada siswa yang lain, sedangkan konsep ketiga bahwasannya model pembelajaran Peer Teaching berbeda dan jangan disamakan dengan pembelajaran berkelompok.
     Eka Nugraha dan Helmy Firmansyah (2013 hal 157-) pada model Peer Teaching guru harus dapat menahan dan membatasi kesemuanya, kecuali satu yaitu mengatur interaksi yang mungkin terjadi baik selama maupun setelah proses percobaan mengajar tersebut. Tanggungjawab yang lebih besar kemudian dibebankan kepada siswa yang kemudian disebut dengan tutor yang telah dilatih sebelumnya untuk mengawasi dan menganalisa siswa yang lainnya.
     Istilah dalam Peer Teaching mungkin akan sedikit membingungkan. Untuk mencegahnya, maka keempat istilah yang akan sering muncul dalam pembahasan ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1.    Tutor           : orang yang berperan sebagai pengajar.
2.    Learner       : orang yang berlatih dibawah pengawasan tutor.
3.    Dyad          : pasangan tutor dengan learner.
4.    Student       : istilah untuk keseluruhan siswa yang ada dalam suatu kelas diluar peran mereka sebagai tutor dan learner.
     Model Peer Teaching ini dapat diterima karena dapat membantu mengurangi permasalahan. Ketika mereka berperan sebagai learner, setiap siswa memiliki tutor masing-masing yang bertugas mengawasi dan mengalisa setiap kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran. Dan ketika berperan sebagai tutor, siswa secara kognitif mampu meningkatkan pemahamannya terhadap tugas yang diberikan sehingga dapat berlatih dengan benar ketika tiba gilirannya untuk menjadi learner.
     Peer Teaching memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan perkembangan kognitif siswa. Untuk menjadi tutor yang baik, siswa harus mengetahui kunci dalam memperagakan sebuah petunjuk gerakan dan memahami hubungan antara petunjuk yang diberikan dengan hasil latihan yang harapkan.
     Melalui model  Peer Teaching ini yang diaplikasikan dalam pengembangan pembelajaran pendidikan seni tari dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman dan meningkatkan skill siswa. Sehingga tidak ketergantungan kepada guru, dengan mengaplikasikan  model Peer Teaching pembelajaran menjadi lebih efektif dan capaian-capaian dapat dicapai secara efisien.
    

 
BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan
     Model Peer Teaching merupakan salah satu bentuk terobosan dalam pengembangan pembelajaran pendidikan seni tari di sekolah. Membantu guru dan mengoptimalisasikan efektifitas waktu yang tersedia dengan capaian-capaian. Selain itu, model Peer Teaching membantu dan memberi kesempatan lebih kepada siswa untuk mengeksplorasi dirinya dan membuat siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap beban yang diberikan kepadanya.

B.  Rekomendasi
     Selayaknya untuk dapat mewujudkan tipe belajar students center, guru tidak melulu memberikan tugas atau diskusi saja. Namun, diharapkan model Peer Teaching ini dapat digunakan sebagai salah satu terobosan baru guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan kemandirian serta tanggungjawab dalam diri siswa.

  


DAFTAR PUSTAKA

     Nugraha Eka & Helmy Firmansyah. 2013. Didaktik metodik pembelajaran aktivitas akuatik. Bandung: UPI Press

     Irma Damajanti. 2013. (cetakan kedua). Psikologi seni. Bandung: kiblat













 
    

2 comments:

Ordinary

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal

Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda! Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaik...